Wednesday, August 22, 2012

Tutulisan 3


Pernah suatu ketika ku terisak menangisi waktu detik demi detik karena matahari kehabisan sorotnya di bumi. Degupan napas bagaikan mengacuhkanku. Pepohonan yang berjajar sepanjang jalan tak setopakpun yang menyapa diriku. Kesepian duh kesepian.
Pernah pula di suatu ketika aku menjerit memeras air mata yang masih tersisa, menangisi cinta yang hilang entah berlabuh ke mana. Daunan yang melambai-lambai tiada hentinya bagai tak mengenali diriku yang pernah bersamanya. Padahal merekapun pernah menjadi saksi bisu.
Pernah suatu ketika ku gelisan mempertanyakan diriku sendiri yang mencari cinta yang hilang terseret arus banjir propokasi.
Disini langit masih memayungi jiwaku yang kehausan. Suaramu membentuk sebuah irama. Meski kehabisan tenaga.  Kuingat lagit pernah bergetar dan mega pun tersibak mendengar suaramu yang halus bagaikan sutera luluh lantakkan suasana yang haru pilu dan mendamaikan gejolah hati yang tak tentram.
Pernah suatu ketika, ya pernah suatu ketika itu yang terakhir suaramu begitu mengiris tajam.

No comments:

Post a Comment